Ku
awali kisah ini pada suatu masa dimana aku tak tentu arah dalam memilih sebuah
jalan. Di dalam kehampaan hati, mencoba menerobos waktu untuk temukan alasan
tuk bahagia. Bukan aku tidak bahagia selama ini, namun aku belum benar-benar
bahagia. Hanya bahagia dalam kepalsuan, tersenyum di balik topeng tebal yang
menutupi tangis di wajah. Entah bagaimana aku harus menjelaskan sebuah rasa
yang aku sendiri tidak tau ini apa, rasa apa. Sebuah perasaan yang begitu seringnya
muncul dan menghilang begitu saja, sebuah rasa yang sangat mengganggu
pikiranku. Aku sadar semua ini tak wajar, namun tetap saja aku mencoba berlari,
mencari jawaban dari setiap pertanyaan yang timbul dalam hati. Hingga akhirnya
aku berhenti, karna aku telah begitu lelahnya dalam pencarianku. Dan ku temukan
dirimu, muncul di hadapanku, menyanyi merdu dan buatku terpana. Tadinya ku
anggap ini biasa saja, sampai akhirnya kau mampu buatku penasaran. Dan akupun mulai
mencari tau, tentangmu.. Namamu..
Masih
ku anggap semua ini hal yang biasa terjadi, ku pikir akan cepat menghilang dari
khayalku. Namun nyatanya, aku salah.. Aku semakin terjebak, pada rasa
penasaranku kepadamu. Semua tentangmu ku cari tau, dan di suatu hari yang entah
itu cerah atau tidak, aku memberanikan diri untuk menyapamu, berbasa-basi
seolah aku tidak tau apa-apa. “Hai.. Kamu ikut basket ya?”
Dan kaupun menoleh dengan senyum manis diwajahmu,
dan hanya menjawab “hmhm, ya..”. Aku hanya manggut-manggut seolah cukup
mengerti, lalu memalingkan pandanganku, ku pikir hanya sebatas itu jawabanmu,
karna ku lihat kau sedang asik dengan handphone di tanganmu, dan headset yang
menggantung di telingamu. Tidak berapa lama, ternyata kaupun kembali
melanjutkan pembicaraan, “Kamu.. ikut basket juga?”
Dan ku jawab seperlunya, “Ngga, baru mau daftar
sih..”
Kaupun hanya mengangkat jempolmu, sambil memberikan
senyum termanismu.
Dan haripun berakhir dengan taman bunga memenuhi isi
hatiku, sungguh aku merasa ini berlebihan, namun aku cukup bahagia.
Hari-hari berlalu, dan tidak ada
perkembangan antara kau dan aku. Yaa.. saat itu akupun tau, kau telah memiliki
seorang kekasih yang namanya tercantum pada status bbm mu. Dan akupun mencoba
menahan rasa penasaranku yang mungkin kini telah berubah menjadi sebuah ketertarikan
padamu. Hingga sampai pada suatu hari, dimana kau menanyakan namaku pada teman
dekatku. Namun, tak begitu ku pedulikan dirimu, memperlihatkan bahwa aku
biasa-biasa saja. Sekali lagi, hari-hari berlalu tanpa adanya kemajuan dari
kisahku dan dirimu. Aku kira, beginilah seharusnya, dan aku beruntung tidak
terlalu menghayal tinggi.
Sekarang, rasa tertarik itu mulai ku
singkirkan dari hatiku, perlahan. Tapi kini, malah dirimu yang ku buat
penasaran padaku. Sesekali aku hanya menoleh dan melempar senyum padamu, tak
lagi menyapamu. Aku memang sengaja ingin membuatmu penasaran padaku, biarkan
saja kau mencari tau apa maksud dari gerak-gerikku. Dan ternyata aku benar,
kaupun semakin ingin mendekatiku. Bahkan beberapa kali menawarkan untuk
mengantarku pulang. Dan begitu sering ikut menemaniku menunggu dijemput. Jujur,
aku sungguh bahagia mengenalmu.
Hingga, tibalah hari dimana kau
ungkapkan semua perasaanmu padaku, kau inginkan sebuah ikatan antara aku dan
kau. Beberapa kali ku katakan, aku takut untuk berkomitmen, aku pernah kecewa
bahkan sering, aku tak ingin lagi terulang. Namun, kau begitu menginginkanku
untuk menjalani hubungan denganmu. Entah ada angin apa, lalu tiba-tiba saja
bibir ini berkata “Yaudah, iya..” dan kemudian kau ku tinggal pergi begitu
saja. Entahlah, aku tak bisa berkata apa-apa lagi padamu, akupun ingin namun
tetap saja ada rasa takut yang menghantui. Tapi, ku coba percaya kali ini,
bahwa kau tak sama dengan seseorang yang sebelum kamu. Dan kitapun kini adalah
sepasang kekasih.. Sebelumnya aku sudah mencari tau, bahwa dirimu telah tak
lagi menjalin kasih dengan dia yang namanya pernah ada di status bbm mu. Lagi-lagi
aku bahagia..
Hubungan ini berjalan dengan banyak
kenangan manis yang kita ukir bersama. Tawa, senda gurau, ledekan teman
sekelas, dan keusilanmu yang aneh namun selalu ku rindukan, salah satunya
hidungmu yang mekar-mekar itu. Aku selalu merasa bahagia saat denganmu, ketika
bersama dirimu, sampai terkadang aku lupa bahwa aku pernah terluka begitu
dalam. Tapi kau datang dengan penuh pesona, yang mengantarkanku pada sebuah
mimpi dimana hanya ada kebahagiaan didalamnya. Kau tau? Sangat sulit ku
jabarkan, bahagia ini tak bertepi..
Hingga tiba saatnya, kita harus
merelakan waktu kebersamaan kita, karna aku sedang mempersiapkan diri untuk
kepindahanku. Aku tau, kau tak siap akan hal ini, dan akupun tidak benar-benar
siap. Hanya saja, tidak ku tampakkan sisi rapuhku, agar selalu terlihat tangguh
di hadapanmu. Karna aku tau, kau mampu berdiri tegap diatas kakimu sendiri,
walau kini harus jauh dariku. “Tenang saja, aku masih berada di kota ini untuk
beberapa bulan kedepan, dan kita akan tetap baik-baik saja”. Setidaknya itu
yang mampu ku katakan padamu, untuk meyakinkanmu bahwa aku akan tetap denganmu.
Kini, akupun mulai mencari kesibukkan
baru, untuk menutupi rasa jenuhku dalam beberapa bulan ini, karna waktu tes ku
ternyata masih akan berlangsung di bulan selanjutnya. Dan ku pilih saja, untuk
mencari pekerjaan yang tidak memberatkan. Tidak beberapa lama kemudian, aku
mulai bekerja pada sebuah Restoran sebagai chef, kau tau aku pintar memasak,
dan mungkin itu salah satu daya tarik yang ku punya. Dan kaupun suka masakan
buatanku, bahkan pertama kali kita makan bersama waktu itu, dengan makanan yang
ku masak sendiri. Aku bahagia, bisa melihatmu makan dengan lahapnya.
Sudah hampir sebulan aku menjalani masa
kerja ku, dan besok adalah hari dimana kau melaksanakan lomba antar kabupaten. Hari
ini, aku paksakan diriku bekerja lebih lama dari biasanya, agar aku diberi izin
untuk pergi besok. Namun ternyata izin
tak ku dapat, yang ada hanya pertukaran jadwal kerja ku, beruntung aku masih
punya waktu untuk menonton lombamu. Walau berada jauh dari kota, dan aku baru
sekali melakukan perjalanan ke tempat itu. Tapi, aku beranikan diriku untuk pergi
sendiri kesana mengendarai motor bututku, hanya untuk menyemangati kekasih
hatiku. Aku tak peduli, mau dianggap apa diriku ini, yang ku tau kini aku telah
benar-benar jatuh cinta padamu.
Dengan penuh rasa takut, cemas,
khawatir, dan keinginan kuat untuk bisa melihatmu. Aku tetap memaksakan diriku
untuk pergi sendiri. Hingga sesuatu terjadi pada motorku saat dipertengahan
jalan. Rantai motorku putus!! Dan ini sangat jauh dari rumah! Bersyukur tak
jauh dari tempatku berdiri, ada sebuah bengkel. Padahal di sepanjang
perjalanku, yang terlihat hanyalah semak belukar yang tinggi. Sungguh aku
benar-benar bersyukur Tuhan masih menolongku. Aku tak punya pilihan lain,
selain mendorong motorku ke bengkel itu. Lalu, ku coba menghubungimu
berkali-kali, dan menceritakan kejadian yang menimpaku saat ini. Tapi, tak kau
jawab pesan dariku.. Terasa ada yang tergores di hatiku.. Ada luka yang
menganga.. Terbesit sebuah rasa, ketakutan yang tak menentu. Kasih.. bukan aku
ingin menyusahkanmu, setidaknya aku hanya ingin kau tau keadaanku. Sehingga aku
bisa merasa sedikit lebih tenang. Namun, aku mencoba berpikir positif padamu,
aku yakinkan diriku bahwa kini kau tengah berlatih keras agar bisa memenangkan
perlombaan ini.
Akhirnya.. motor bututku telah kembali
membaik, walau memakan waktu cukup lama, setengah jam lebih. Aku cek dompetku,
dan ternyata hanya ada selembar uang di dalamnya, sisa dari gaji pertamaku,
seratus ribu, dengan beberapa koin recehan. Perkiraanku, mungkin hanya perlu
membayar setengah dari sisa uangku ini. Dan ku tanyakan pada tukang bengkel
itu, “berapa bang?”. Lalu dia jawab, “kalau ini bintang lima, putusnya parah.. sembilan
puluh lima ribu..”. Aku hanya terdiam dan mengangguk, sambil menghela nafas
lalu ku bayarkan biaya perbaikan itu sambil mengisi pulsa hp ku, niatku agar
sesampainya di sana aku bisa menelfon kekasihku.
Kemudian aku tinggalkan bengkel itu,
dengan penuh rasa ragu untuk meneruskan perjalanan. Antara ingin lanjut dan
ingin pulang saja ke tempatku, tapi ini sudah begitu jauh dari rumah, dan sudah
dekat untuk bisa bertemu denganmu. Ya, saat itu kita sudah satu minggu lebih
tak bertemu, dan aku sangat rindu. Sudahlah! Akhirnya ku lanjutkan saja
perjalananku, aku tak ingin menyesal karna tak jadi bertemu denganmu. Aku tak
ingin setengah-setengah dalam menunjukkan rasaku. Dan.. sampailah aku ditempat
ini, aku telfon dirimu dan akhirnya kaupun menjawab. Seketika, saat ku lihat
wajahmu hilanglah sudah semua penatku. Aku tau kau tak percaya aku ada disini
sekarang, dan aku sendiripun tak percaya bisa sampai disini karenamu. Ingin ku
katakan aku sangat mencintaimu, namun ku terjemahkan saja rasa itu melalui senyuman diwajahku. Berharap kau
mengerti, tanpa harus ku beri tau. Aku ingin kau saja yang katakan lebih dulu,
bahwa kau sangat mencintaiku. Tapi, kaupun hanya tersenyum manis kepadaku. Ya sudahlah,
ini pun sudah cukup mengobati rinduku.
Sayangnya, aku tak bisa lebih lama
berada bersamamu, karna waktu sudah semakin senja, sedangkan perjalananku masih
panjang. Aku takut jika tiba di rumah pada malam hari, karna jalanan itu pastinya
lebih mengerikan dari pada saat aku pergi tadi. Sebenarnya aku masih sangat
rindu, dan aku tau kau juga rindu padaku. Tapi, apa boleh buat hari ini sampai
disini dulu, setidaknya kita sudah mengukir kenangan baru. Percaya atau tidak,
hari ini akan selalu kau ingat dalam hidupmu. Karna aku benar-benar mencintaimu
setulus hatiku, dan kau takkan temukan yang seperti aku.
Kaupun mengantarkanku ke tempat dimana
si bututku diparkir, kemudian kau berpesan dengan lembut “Hei.. hati-hati,
jangan ngebut-ngebut..” sambil mengambil tanganku dan menciumnya. “Iya..”
kataku, sambil melemparkan senyuman termanisku padamu. Sore itu, akupun pulang
dengan diselimuti kebahagiaan. Sederhana, kisah ini sederhana namun sangat mengena
dihatiku.
Selang beberapa waktu, kitapun menjalani
hari seperti biasanya. Kau sibuk dengan urusanmu, dan akupun sibuk dengan
pekerjaanku. Hingga aku sampai pada titik jenuhku, aku mulai merasa ada yang
berbeda darimu. Kau tak lagi seasik dahulu, tak lagi menerjemahkan rindumu
seperti pertama bertemu. Aku mulai kacau, aku berpikiran negatif tentangmu. Belum
lagi, aku tau kau kini lebih mementingkan teman-temanmu. Padahal, aku
benar-benar sedang berada pada saat-saat dimana aku sangat membutuhkan
kehadiranmu. Hanya kehadiranmu, aku ingin bercerita banyak hal padamu, tentang
persiapan keberangkatanku, tentang hubungan kita. Namun, kau terasa mulai
menjauh, tak mau bertemu denganku..
Sampai akhirnya kukatakan “Aku sudah
lelah denganmu..” dan kau artikan itu sebagai akhir dari hubungan kita. Kau tak
mengerti, benar-benar tak mengerti inginku. Aku sangat membutuhkanmu, tapi tak
sedikitpun kau mencoba menahanku, dan membiarkanku pergi begitu saja. Kau tak
sadar, bahwa ini akan membuatmu menyesal. Lalu, aku coba menjelaskan maksudku,
tapi tak kau respon sedikitpun semua pesan dariku. Aku kacau, sungguh kacau,
aaarrrrggh!! Kini aku tak mengerti, ini salah siapa? Dan karna apa? Dan akhirnya,
kau beri jawaban,
“Kita sudah tak sejalan..”
“.......” aku menangis, tak tertahankan lagi, derai
air mataku jatuh tak berhenti. Ku harap ini mimpi, aku ingin segera bangun dan
menemuimu. Aku ingin memelukmu erat.. Namun kini, kau telah jauh, tinggallah
aku bersama luka yang kembali menganga lebar, goresan di hati semakin menjadi-jadi..
Lagi, aku harus terluka lagi. Padahal, ini tak harus berakhir begini, padahal
ini bisa diperbaiki. Tapi percuma, kau telah jauh..
Akupun
pergi tinggalkan kota ini, dengan semua kenangan pahitku disini. Berharap kelak
aku kan kembali, dengan tiada satupun kenangan yang ku ingat darimu.. Kisah ini
berakhir disini..